Love yourself first before loving somebody else. Sebagian dari teman-teman pembaca mungkin sudah sering menemukan quotes ini di buku, artikel, unggahan media sosial, atau bahkan ceramah pembicara terkenal. Mengapa mencintai diri sendiri, a.k.a self-love, akhir-akhir ini banyak dibicarakan orang, juga menjadi topik yang sepertinya sangat relevan untuk masyarakat?
Di tengah perubahan zaman yang semakin cepat, seringkali orang menjadi frustasi, dihadapkan dengan pilihan dan masalah yang semakin kompleks. Mencintai diri sendiri dengan paham dan tahu apa yang diinginkan akan sangat membantu untuk menghadapi situasi dan kondisi yang tidak bisa diprediksi. Selain itu, bagaimana kita bisa memberikan cinta kepada orang lain, sebelum kita bisa mencintai sesuatu yang paling dekat dengan kita, yaitu diri kita sendiri? Ibarat gelas kosong yang ingin memberikan air untuk gelas lainnya. Hanya dapat memberi udara hampa yang tak berarti.
Sebelum membahas lebih jauh tentang mencintai diri sendiri atau self-love, alangkah baiknya teman-teman pembaca untuk coba kenalan dulu nih dengan self-growing process. Self-growing process merupakan masa bertumbuh dan berkembangnya seseorang dari segi psikis. Masa-masa dimana manusia mencari jati dirinya hingga menemukan dan bisa mencintai pribadinya. Masa-masa dimana, pada akhirnya kita bisa mencintai lingkungan sekitar, dengan tak lupa juga untuk mencintai diri masing-masing.
Salah satu tahap dari self-growing process adalah self-love. Self-love adalah masa dimana kita tidak lagi bergantung pada orang lain untuk membuat kita merasa cukup dicintai. Cinta dan kasih sayang yang didapatkan dari orang lain menjadi suatu kemewahan, bukan lagi menjadi kebutuhan, tetapi bonus. Ketika sudah berada pada tahap ini, seseorang akan bisa mencintai lingkungan sekitarnya, berusaha untuk terus memberikan dampak positif untuk orang lain. It is about the world, the environment, about collective consciousness, helping other people to love themselves.
Lalu, apa sih langkah-langkah awal yang bisa kita lakukan untuk memulai tahap self-love?
Terima diri kita apa adanya
Langkah paling awal yang dapat kita lakukan untuk mencintai diri sendiri adalah menerima segala yang ada pada diri kita. Artinya, kita tidak boleh memberikan kritikan kepada diri kita sendiri, termasuk segala kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Cara lainnya yaitu menghentikan kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Dikutip dari Journal of Social and Clinical Psychology, bahwa membandingkan hidup Anda dengan orang lain di sosial media, menyebabkan perasaan depresi dan kesepian. Jadi cobalah untuk tidak menentang apa yang kita punya, dan sebaliknya. Yang kita perlukan hanya menghargai segala yang ada, serta menerima apapun dengan cukup.
2. Self-talks
Self-talks atau berbicara pada diri kita sendiri merupakan cara sederhana yang bisa kita lakukan. Kita dapat berbicara di dalam hati maupun diungkapkan secara lisan. Dengan membiasakan perilaku ini, lambat laun akan terjalin persahabatan. Manfaat lainnya yaitu kita dapat bebas menilai diri dengan objektif. Dengan begitu, kita dapat meningkatkan motivasi dan fokus. Contoh, kita dapat bertanya, “Apa tujuan saya melakukan ini? Apa saya merasakan kebahagiaan?”. Dengan membiasakan self-talks, kita dapat menyalurkan emosi secara bebas, seperti kesal, marah, atau mengeluh.
3. Mencari circle kehidupan yang positif
Bukankah jika kita dikelilingi oleh orang yang selalu tersenyum, kita pasti akan ikut tersenyum? Begitupun jika kita dikelilingi orang yang saling toleransi dengan perbedaan. Segala kebiasaan dan pola pikir akan tertular energi positif. Kita akan terdorong untuk menjadi orang yang memberi dukungan, kritikan yang membangun, dan menerima segala yang ada pada diri kita.
4. Menghindari masukan yang menjatuhkan
Menghindar disini bukan berarti tidak terima apabila dikritik. Kita hanya tidak boleh membiarkan orang lain menjatuhkan kepercayaan diri yang sudah dibangun. Caranya dengan mengurangi rasa penasaran terhadap penilaian orang lain. Dapat juga dengan menghindari standar kehidupan yang orang lain tetapkan. Dengan begitu, menutup kemungkinan orang lain memberi nasihat toxic, yang menjadi terbebani atau insecure.
5. Berhenti menaruh ekspektasi pada orang lain
Menaruh harapan kepada sesama manusia sangat besar resikonya. Bukan hanya berdampak pada kehilangan kepercayaan, tapi juga sakit hati yang begitu dalam. Apalagi jika kamu berani memprioritaskan seseorang, bukankah akan sangat menyakitkan jika tidak terbalas? Letakkanlah harapan untuk bahagia pada diri sendiri. Jadi, bila terjadi suatu kesalahan, akan lebih mudah meminta maaf dan memaafkannya. So, let’s keep expectation low.
Kita semua ingin merasa bahagia, tapi tidak semua orang bisa menyadari kebahagiaan yang telah datang. Tidak semua orang mau merasa cukup dan bersyukur. Bahkan masih banyak orang yang selalu mencemaskan hari esok dengan menyalahkan diri sendiri. Leo Buscaglia pernah berkata, “Kekhawatiran tidak dapat menghilangkan kesedihan hari esok. Hari ini hanya dapat menyedot kegembiraan hari esok. Dengan selalu menyalahkan diri sendiri, lama kelamaan menghilangkan kepercayaan, bahkan membuat benci, menjadikan kita akan beropini bahwa saya tidak pantas bahagia”. Tapi jika kita berusaha keras mencoba 5 langkah awal di atas, kita akan maju selangkah dalam tahap self-growing dan akan menjadi individu yang adil dengan diri kita sendiri. Semakin kita mencintai diri sendiri, maka akan timbul kebahagiaan yang memotivasi kita mencapai banyak hal dalam hidup. Yuk,sobat ISC, jangan lupa untuk terus mencintai diri sendiri ya!
Oleh: Herfah Oky Octavia & Putri Azizah Restu Bumi
Penyunting: Muhamad Carvin Syah
Sumber:
https://greatmind.id/article/pencarian-diri
https://m.fimela.com/editor-says-menghilangkan-kebiasaan-menaruh-harap-ke-orang-lain
Halo, Stutternians!a
Pernah dengar tentang stutter atau gagap? Nah, gagap merupakan gangguan bicara yang biasa terlihat dari kelancaran dan alur berbicara seseorang. Umumnya, gangguan bicara ini berupa memanjangkan bunyi suatu kata, pengulangan bunyi atau suku kata, atau terdapat jeda saat berbicara. Namun, gangguan ini bukan berarti mereka tidak tahu apa yang mereka bicarakan, lho, ya! Simpelnya, para pengidap gagap mengetahui dan mengerti apa yang ingin mereka katakan, tetapi mereka memiliki kesulitan untuk menyebutkannya.
Ketika kamu sedang berbicara dengan seorang pengidap gagap, terdapat hal-hal tertentu yang perlu kamu perhatikan. Kenapa begitu? Ketika kamu berbicara dengan non-stutter saja, kamu harus memperhatikan beberapa aspek berbicara, seperti lawan bicaramu, konteks, suasana, dsb, bukan? Sama saja kok dengan kamu berbicara dengan seorang stutter. Semua ini dilakukan agar kamu bisa menjalin komunikasi dengan mereka, tanpa ada kecanggungan atau ketidakenakan di antara kedua pihak.
“Lalu, apa saja yang harus aku perhatikan?”
Dengarkanlah dia
Ketika seorang pengidap gagap berbicara, dengarkanlah dia. Tunjukkan bahwa kamu mendengarkan apa yang dikatakannya. Biarkanlah mereka selesai berbicara tanpa adanya interupsi, seperti menebak-nebak jawaban, menyelesaikan perkataannya, atau bentuk interupsi lainnya. Biasanya mereka mengalami kesulitan untuk memulai percakapan, terutama ketika berbicara melalui telepon. Maka, berilah mereka waktu untuk bisa berbicara.
Selain kamu mendengarkan mereka, tunjukkan pula pada mereka bahwa kamu benar-benar mendengarkan mereka melalui gestur tubuhmu, seperti anggukan kepala dan juga tatapan mata. Dengan begitu, kamu juga akan terlihat bahwa kamu fokus pada apa yang mereka sampaikan bukan bagaimana cara mereka menyampaikannya. Kamu juga tidak perlu berempati secara berlebihan, karena hal tersebut dapat membuatnya tidak percaya diri. Cukup dengan mendengarkan, kamu sudah memberikannya motivasi untuk tidak merendahkan dirinya.
Perhatikan apa yang kamu katakan
Ketika mendengarkan seorang pengidap gagap, kamu mungkin akan menemukan situasi yang tidak memungkinkan bagi pengidap gagap untuk mengontrol kegagapannya. Ketika hal itu terjadi, alangkah baiknya jika kamu tidak menyebutkan “pelan-pelan saja bicaranya”, “santai saja”, atau “tarik napas dulu baru bicara”. Mungkin menurut kamu itulah hal yang tepat untuk kamu lakukan. Namun, justru perkataan seperti itu dapat berkesan seolah-olah kamu merendahkan mereka dan tidak membantu sama sekali. Akan lebih baik jika kamu berikan waktu pada mereka agar mereka dapat menyampaikan pesannya dengan lebih baik.
Ada kalanya mereka mereka kesulitan untuk menyebutkan namanya, terutama ketika mereka diminta untuk memperkenalkan diri mereka. Sebaiknya kamu tidak bertanya “apakah kamu lupa namamu?”, meskipun kamu sedang bercanda. Ketika kamu mengetahui ada situasi yang mengharuskan perkenalan, sebelum datang situasi itu, kamu dapat bertanya pada mereka apakah mereka ingin dikenalkan atau memperkenalkan diri sendiri.
Itulah dua hal simpel yang dapat kamu lakukan ketika kamu bertemu dan berbicara dengan seorang pengidap gagap. Kamu cukup dengarkan dan bersabar. Kedua hal itu adalah kunci komunikasi yang baik.\
Penulis: Saskia Ayu Khairunnisa Marseno
Penyunting: Muhamad Carvin Syah
***
Sumber rujukan:
Deviyana, Nia. 2016. “Bagaimana Berkomunikasi dengan Penderita Gagap?”. https://www.medcom.id/rona/kesehatan/nbwe6wDK-bagaimana-berkomunikasi-dengan-penderita-gagap (diakses pada 3 April 2021).
Stamma. ND. “Talking With Someone Who Stammers”. https://stamma.org/about-stammering/talking-someone-who-stammers (diakses pada 3 April 2021).
The Stuttering Foundation. ND. “6 Tips for Speaking With Someone Who Stutters”. https://www.stutteringhelp.org/6-tips-speaking-someone-who-stutters (diakses pada 3 April 2021).
Hai, Stutterians! Apakah kalian sudah tahu asal muasal dari stuttering? Nah, kalau kalian belum tahu, yuk simak penjelasan di bawah ini! as
Stuttering yang dalam bahasa Indonesia disebut gagap adalah suatu ketidaklancaran ketika berbicara. Bisa berbentuk pemanjangan, penghentian, dan pengulangan. Makna kelancaran menurut American Speech and Hearing Association (ASHA) mengacu pada kontinuitas, kecepatan, dan upaya dalam produksi ucapan. Semua orang yang berbicara kadang-kadang akan mengalami ketidaklancaran. Mereka mungkin ragu-ragu saat berbicara, menggunakan sisipan (“seperti” atau “uh”), atau mengulangi kata maupun frasa. Ini disebut disfluensi atau nonfluensi tipikal. Sedangkan gangguan kelancaran adalah gangguan dalam aliran berbicara yang ditandai dengan kecepatan atipikal, ritme, dan disfluensi (misalnya: pengulangan suara, suku kata, kata, dan frasa; perpanjangan suara; dan blok), yang juga dapat disertai dengan ketegangan yang berlebihan, penghindaran berbicara, perilaku berusaha, dan tingkah laku sekunder (American Speech-Language-Hearing Association [ASHA], 1993)
Stuttering juga ditandai dengan tipe-tipe sebagai berikut:
1. Part-word repetitions – “Aku p-p-p-pingin makan”
2. One-syllable word repetitions – "pergi-pergi-pergi sana!"
3. Prolonged sounds – "Ssssssinta anak yang baik."
4. Blocks or stops – "Aku ingin (jeda) kue."
Tambahan: Terkadang stutterer menggunakan perilaku seperti menganggukkan kepala atau berkedip untuk berhenti atau mencegah gagap. Mereka mungkin juga menghindari penggunaan kata-kata tertentu atau menggunakan kata-kata yang berbeda agar tidak gagap.
Tapi Stutterians, ada juga yang disebut normal stuttering/normal disfluensi. Disfluensi di bawah ini acap kali terjadi pada diri kita dan dianggap tidak gagap loh..
1. Menambahkan suara atau kata, yang disebut interjeksi - "Saya umm harus pulang."
2. Mengulangi seluruh kata - "Anu, saya tidak setuju dengan Anda."
3. Mengulangi frasa - "Dia - dia berusia 4 tahun."
4. Mengganti kata-kata dalam kalimat, yang disebut revisi - "Saya sudah – saya cabut gigi."
5. Tidak menyelesaikan sebuah pikiran - "Namanya adalah (jeda sebentar) Saya tidak ingat."
Gagap biasanya dimulai antara usia 2 dan 6 tahun. Banyak anak mengalami periode ketidaklancaran bicara yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Gagap yang berlangsung lebih lama dari ini mungkin memerlukan pengobatan.
Tidak ada penyebab pasti dari gagap. Tetapi, ada kemungkinan penyebab gagap, sebagai berikut:
1. Riwayat keluarga. Banyak orang yang gagap memiliki anggota keluarga yang juga gagap.
2. Perbedaan otak. Orang yang gagap mungkin memiliki perbedaan kecil dalam cara kerja otaknya selama berbicara.
Bagaimana, Stutterians? Sudah teredukasikah mengenai stuttering?
Kalau kalian ingin tahu informasi tentang stuttering lebih dalam, cek terus media sosial kami ya!
Penulis: Frizky Ikhfa H
Penyunting: Muhamad Carvin Syah
***
Sumber rujukan:


